Menu Bar

Tuesday, 3 December 2013

Between a mean.

Between a mean.
Di antara sebuah arti kata, kita mengartikan sebuah perasaan. Haruskah selalu seperti itu? Atau cukupkah dengan perasaan, meski kadang tak terucap dalam bahasa?


Aku, dan mereka. Kami berada diantara puluhan, bahkan ratusan perbedaan, atau mungkin lebih dari itu. Aku tak tahu. Merekapun tak tahu secara pasti. Satu hal mutlak yang kami ketahui secara pasti, kami berbeda. Kami mencoba memahami perbedaan satu sama lain, kami mencoba bertahan.

Seorang bertahan dengan mati-matian bercerita atas sebuah rasanya, berharap dengan cara itu kami dapat lebih lagi untuk saling memahami. Di sisi lain, ada yang bertahan dalam diam, berharap melalui cara itu kami dapat lebih lagi saling menghargai perasaan sesama kami, tanpa menyakitinya melalui kata-kata beribu makna yang kadang tak selaras dengan rasa. Seorang lainnya, tak diam dan juga tak mati-matian bercerita, ia hanya bercerita pada seorang yang tepat. Berharap melalui cara itu, jalan keluar dari sebuah masalah -yang diakari perbedaan ini- dapat terselesaikan, dan kami pada akhirnya, kami akan tetap bisa bertahan.

Dari kesekian cara yang kami pilih, mungkin tak satupun yang dapat membuat perbedaan ini teratasi. Namun, kami tak ingin berhenti, karena menghargai dan memahami, itu yang lebih kami inginii. Kami tak selalu memerankan posisi yang sama di setiap waktu. Kami lelah, namun kami tak ingin menyerah. Posisi manapun diantara itu, tujuan kami tetap sama, bertahan dalam perbedaan. Hanya cara kami saja yang berbeda. Karena kami memang berbeda.

Terimakasih untuk perbedaan ini. Karena semuanya ini lah yang membuat kita selalu belajar, dan meracik hidup menjadi tak hambar.

Sometimes we fight,
But there's so many times we laugh together with,
We are different, but we are friends.
And we will always be.
:)

Untuk Kita yang Berbeda.


3 Desember 2013.