Manado, sebuah kota di penghujung utara pulau Sulawesi.
Kota penuh pesona alam dan budaya.
Aku sepertinya jatuh cinta pada kota ini.
Perjalanan ini masih sama seperti perjalanan sebelumnya, masih urusan pekerjaan.
Pekerjaan dengan bonus liburan di akhirnya. Hehe.. And I really love this kind of job :D
Aku dan 5 orang patnerku (sekaligus temanku) terbang ke Manado dari Bandung menggunakan Bata*** air saat itu. Ini pertama kalinya kami menggunakan maskapai penerbangan ini.
Kami memilih maskapai ini karena faktor harga, paling murah.. Hihi
Meskipun perjalanan ini dibiayai oleh atasan kami, namun, kita harus bijak dalam menggunakan uang bukan?
:)
Saat itu, bulan Desember, saat natal tiba. Harga tiket sedang tidak bersahabat, selain itu, tujuan kami adalah Manado. Salah satu kota dengan populasi umat Kristiani terbesar di Indonesia.
Wajar saja harga tiket melambung tinggi, dan kami memesan tiket sehari sebelum keberangkatan.
Bisa dibayangkan bukan?
Pemilihan tiket harus dilakukan sebijak mungkin (dibaca sehemat mungkin) :p
Kami memilih penerbangan sore, sengaja, agar bisa melihat sunset dari pesawat^^
Aku memilih window seat, dan benar saja, seperti yang ku duga, semburat keemasan karena tenggelamnya mentari itu benar-benar indah.
Aku ingin terus memandang mentari yang tenggelam perlahan di belakangku itu.
Tapi tidak ku lakukan..
(Soalnya pegel boo.. Kami terbang dengan arah berlawanan dengan tenggelamnya matahari, jadi harus ngeluarin ekstra tenaga buat ngeliat ke belakang dari kaca jendela) 3 jam 30 menit perjalanan dengan batavia air cukup membuatku terkesan. Pertama, terkesan karena live sunset, dan kedua karena penerbangannya yang kurang nyaman. Sangat tidak nyaman sebenarnya T^T
Turbulensinya sangat terasa, dan itu membuatku cukup mual, dan berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menggunakan maskapai ini lagi.
Dan janji ini pasti terealisasi, karena sekarang maskapai ini berenti beroperasi. Horeeeeee! !! :p
Lupakan batavia air, dan kembali ke cerita :D
Kami sampai di bandara Sam Ratulangi cukup larut. Pukul 23.00 waktu setempat kalau tidak salah.
Tengah malam di tempat asing.
Bingung? Iya. Pusing? Sangat. Lapar? Jugaaaaa. Haha :p
Jadi kami putuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum memutuskan bagaimana nasib yang akan kita jalani berikutnya.
Sembari makan, kami searching penginapan untuk menampung kami, setelah searching, searching, dan searching lewat bantuan om google, kami memutuskan untuk menginap di hotel VINA. Jeng jeng!
Kenapa hotel Vina?
1. Ada jemputan gratis ke bandara.
2. Harga murah meriah, cuma 175 ribu per malam, include makan pagi.
Begitu nyampe hotel, agak sedikit shock. Apalagi waktu masuk kamar.
Hmmmmhhhhh :|
Kami pesen kamar dengan spesifikasi king size bed, dan emang king size sih..
Tapi.. . . Kualitasnya ga pantes buat di sebut king version.
Kamar tidak bisa di kunci, kasurnya udah tua, jadi tingkat ke"enyoy"an kasur sudah berkurang, sangat berkurang sampai pegas kasurnya itu terasa di balik punggung.
Selain itu, sprei kasurnya terlihat lusuh, agak sedikit aras-araseun untuk berbaring di atasnya, aroma kamar kami cukup khas, semacam bau curut, tukas teman sekamarku. Wuahaha
Begitu masuk toilet, kami disambut oleh toilet duduk yang sudah menguning, dan hanya bisa disiram manual, air juga tidak mengalir lancar, jangan heran jika tiba-tiba air mendadak berhenti mengalir saat anda menggunakan toilet, karena hak itu juga terjadi pada kami. Hiyahaha
Tapi kamar kami cukup baik jika di bandingkan dengan kamar lain, kamar lain lebih mengenaskan.
Di kamar kami terdapat TV dan AC (tapi ga berfungsi sih), dan kipas angin yang baling-balingnya sudah agak kesulitan untuk berputar.
Satu kata yang menggambarkan hotel kami di malam pertama ini adalah NGENES.
Di tambah menu sarapan yang tidak kalah ngenesnya. Nasi goreng kering tanpa rasa. wuahaha *tepok jidat* x)
Setelah selesai sarapan, kami langsung berpencar ke lokasi pekerjaan masing-masing.
Kali ini, aku hanya masih bercerita mengenai perjalanan non-job ku selama di Manado. Jadi, singkat cerita, aku dan kedua rekanku selesai bekerja (kebetulan kami bertiga ditempatkan di kabupaten yang sama). Selama bekerja, kami ditemani oleh seorang pendamping dari kabupaten tersebut, yaitu kabupaten Minahasa Utara.
Berkat bantuan beliau, kami mendapatkan sebuah hotel yang nyaman, dan dengan harga sesuai kantong. Aku merasa benar-benar beristirahat sejak pindah ke hotel tersebut. Hehehe (lebay)
Hotel Grand Central Manado.
Harga kamar yang ditawarkan hotel ini bervariasi, mulai dari 475.000 rupiah per kamar (untuk weekdays).
Menurutku, harga tersebut cukup murah, karena fasilitas yang ditawarkan sangat memuaskan.
King Size Bed and real King Bed Version, AC yang benar-benar berfungsi, kunci kartu, Water heater, TV kabel, meja rias, dll, tidak seperti hotel pertama kami. Dan lagi, satu kamar ini dapat ditempati oleh dua orang, jadi jika dihitung-hitung, permalam satu orang hanya perlu membayar 237.500 rupiah untuk mendapatkan kenyamanan yang ditawarkan tersebut, termasuk makan pagi yang benar-benar memanjakan perut :))
Jelas saja fasilitas di hotel ini memuaskan, karena memang ini hotel berbintang. Jadi sebenarnya, kedua hotel yang ku ceritakan ini tidak bisa di bandingkan, tidak setara. Hehehe :p
Cerita di atas hanya sebuah cerita mengenai sebuah pengalaman, bukan sebuah cerita yang ditulis untuk menjelek-jelekan salah satu pihak :)
Aku hanya ingin berbagi
tips dan pengalaman..
- Memilih penginapan saat melakukan traveling itu sangat penting, karena kita perlu stamina yang cukup untuk bertraveling di siang hari, dan stamina itu dibangun salah satunya melalui istirahat yang baik.
- Pemilihan hotel juga harus disesuaikan dengan budget yang di miliki.
- Siap dengan segala resiko dari pilihan yang telah kita ambil, kalau kita memilih hotel dengan low price, maka harus siap pula dengan low facility, begitu juga jika kita ingin mendapatkan best facility, harus siap membayar lebih.
Selalu ada harga yang harus di bayar jika kita ingin mendapatkan sesuatu hal.
Sekian postingan kali ini, thanks for reading :D
Traveling in Manado is to be continued :D